Askep Stroke

Sedang butuh Askep Stroke? Stroke non hemoregik? Stroke iskemik? Stroke hemoregik? Atau butuh download Penatalaksanaan Stroke PDF? Silahkan baca dan ambil di bawah posting ini. Mengingat Stroke ketika ini yaitu salah satu penyebab janjkematian dan keanehan berbahaya di Indonesia, kalau kita, baik sebagai masyarakat umum atau mahasiswa kedokteran – sekolah tinggi keperawatan, mengetahui lebih banyak mengenai Stroke, kita akan lebih gampang dan mengurangi resiko terkena Stroke. Untuk hidup lebih sehat, pengetahuan mengenai Askep Stroke ini tetap akan berguna. Selamat bekerja.
ASKEP STROKE
1. DEFINISI STROKE
  • Timbulnya lesi iskemik atau lesi perdarahan didalam pembuluh darah intrakanial. (Brenda Walters Holloway)
  • Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral baik lokal maupun menyeluruh. (WHO dikutip Harsono)
  • Stroke/penyakit serebrovaskuler mengambarkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak. (Marilyn E. Doenges)
  • Stroke atau serebrovaskuler accident adalah gangguan suplai darah normal ke otak yang sering terjadi dengan tiba-tiba dan menyebabkan fatal neurologik deficit. (Igrativicius, 1995)
2. ETIOLOGI
a. Trombosis
bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher: Arteriosklerosis serebral.
b. Embolisme serebral
bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari pecahan tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung reumatik, bisul polmonal.
c. Iskemia
penurunan fatwa darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada arteri.
d. Hemoragi Serebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak
A. FAKTOR PREDISPOSISI YANG DAPAT DIMODIFIKASI
  1. Tekanan darah tinggi
  2. Diabetes melitus
  3. Merokok
  4. Penyakit arteri carotis dan perifer
  5. Atrial fibrilatipn
  6. Penyakit jantung
  7. Transient ischemia attack (TIA)
  8. Hiperkolesterolemia
  9. Obesitas dan kurang aktifitas
  10. Penggunaan alkohol
  11. Penggunaan obat – obat terlarang
B. FAKTOR RESIKO PADA STROKE
1. Tidak sanggup dirubah (Non Reversible)
o Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
o Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
o Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke

2. Dapat dirubah (Reversible)
  • Hipertensi
  • Penyakit jantung
  • Kolesterol Tinggi
  • Obesitas
  • Diabetes Melitus
  • Polistemia
  • Stress Emosional
3. Kebiasaan Hidup
  • Merokok
  • Peminum alkohol
  • Obat-obatan terlarang
  • Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, kuliner berkolesterol.
MANIFESTASI KLINIS
  • Kelumpuhan wajah, anggota tubuh yang timbul mendadak
  • Gangguan hemisensorik
  • Perubahan mendadak setatus mental
  • Afasia
  • Gangguan penglihatan
  • Ataksia
  • Fertigo, mual dan muntah, nyeri kepala
KLASIFIKASI STROKE
1. Stroke non hemoregik
Gejala
  • Timbulnya defisit neurologi mendadak
  • Terjadi pada waktu istirahat atau bangkit tidur
  • Kesadaran biasanya tidak menurun kecuali bila embolus cukup besar
  • Biasanya terjadi pada usis > 50 tahun
2. Stroke hemoregik
Pendarahan intaserebral (PIS)
Gejala
  • gejala prodomal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karna hipertensi
  • serangan sering kali disiang hari, waktu kerja, emosi, murka
  • sifat nyeri kepala hebat sekali
  • mual muntah sering terjadi pada permulaan serangan
  • hemifaresis/ hemiplegi bisa terjadi semenjak terjadi serangan
  • kesadaran biasanya menurun
Pendarahan subaraknoid (PSA)
Gejala
  • prodromal, nyeri kepala hebat dan akut
  • kesadaran sering terganggu dan berpariasi
  • ada tanda/ tanda-tanda rangsanggan maningal
PENATALAKSANAAN STROKE
Stroke iskemik/ stroke non hemoragik
Fase akut ( hari ke 0-14 setelah onset penyakit)
  1. Sasaran terapi : menyelamatkan neuron
  2. Respirasi : jalan nafas higienis dan longar
  3. Jantung : harus berfungsi baik
  4. Pantau tekanan darah
  5. Kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak diturunkan secara derastis
  6. Gawat / coma : pantau balans cairan, elektrolit dan basa darah
  7. Obat – obatan :
  • Anti edema otak
    • Gliserol 10%, perinfus, 1 gr/ kg B/ hari dalam 6 jam
    • Kortikosteroid : dexametason
  • Anti agregasi terombotik ASA (asam asetil salisilat) seperti: asfirin, asfilet dll dengan takaran 80-300 mg/hari
  • Antikoagulasi, contohnya heparin
  • Lain – lain : trombosilin
KOMPLIKASI
Klasifikasi stroke mencakup hifoksia serebral, penurunan fatwa darah serebral, dan luasnya area cedera.
Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.
Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah miokard atau fibrilasi atrium atau sanggup berasal atau katup jantung prostetik.embolisme akan menurunkan fatwa darah ke otak dan selanjutnya menurunkan fatwa darah selebral.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE
I.PENGKAJIAN
A. PERSEPSI KESEHATAN DAN PENANGANAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Bicara pelo dan tidak bisa menggerakkan anggota tubuh sebelah kiri,
2. Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai PQRST):
Sejak selasa sore sehabis kerja ( jam 15.30 ) sehabis nonton TV tiba – tiba klien bicaranya menjadi pelo, lalu jam 18.00 di bawa ke RS Ulin dan di rawat di ruang PDP pad hari kamis pada ketika hendak kembali ke tempat tidur, di wc klien tidak sanggup berdiri, kaki kiri dan lengan kiri terasa lemah lalu klien di konsulkan ke ruang syaraf dan risikonya di rawat di ruang syaraf.
3. Penggunaan Obat Sekarang:
Infus RL 20 tetes/menit.
Nicholin 3 x 100 mg
Mertigo 3 x 1
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah masuk RS dan klien tidak memiliki riwayat penyakit menular, keturunan dan penyakit lainnya.
Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat ke mantri atau puskesmas.
Pasien tidak pernah menjalani mekanisme tindakan bedah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit pada masa anak-anak.
5. Kebiasaan :
Kebiasaan yang sanggup menghipnotis kesehatan menyerupai merokok tidak pernah dilakukan pasien.
Riwayat pemakaian alkohol tidak pernah.
6. Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga menderita hypertensi yaitu isteri pasien.
7. Riwayat Sosial
Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah baik ditandai dengan banyaknya angota keluarga yang menuggui pasien serta tetangga yang tiba membesuk.
B. POLA NUTRISI-MATABOLIK
1. Masukan Nutrisi Sebelum Sakit:
Frekuensi makan 3 x sehari, dengan jenis makanan: nasi biasa, lauk pauk berupa ikan, tahu, tempe, telur dan sayur. Jenis minuman yang diminum: air teh dan air putih. Makanan pantangan : daging, ikan asin.
Kudapan/makanan untuk sore hari : kue.
2. Saat Sakit
Selama dirawat di RS, frekuensi makan pasien 3 x sehari, dengan diet BBDM. Jenis minuman air putih. Nafsu makan normal, tidak ada disfagia.
Keadaan gigi partial atau sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak menggunakan gigi palsu (protesa) .
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir: tetap .
Riwayat penyembuhan/kulit tidak ada problem (normal)
3. Pemeriksaan Fisik:
a. Pemeriksaan tanda vital
Tinggi Badan : 158 cm .
Berat Badan : 47 kg .
b. Kulit
Warna kulit normal, tidak pucat, cyanosis maupun ikterik tidak ditemukan. Suhu 36oC. turgor baik, kembali kurang dari 2 detik. Tidak ditemukan adanya edema, lesi maupun memar. Luka tirah baring (dekubitus) tidak ditemukan
c. Rambut dan kulit Kepala
Keadaan rambut kering dan tebal. Sebagian besar rambut sudah mulai beruban.
d. Mulut
Keadaan kebersihan (hygiene) lisan bersih. Keadaan gusi normal. Keadaan lidah, mucosa tampak kering, tonsil dalam keadaan normal dan pasien sanggup berbicara walaupun pelo. Gigi sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak menggunakan gigi palsu.
e. Abdomen
Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, ginjal tidak teraba
f. Temuan laboratorium
Darah : Hb : 11,9 gr% .
Leukosit : 11.200/mm3 .
LED : 40 mm/jam I, 68 mm/jam II .
hitung jenis : Bas : 0, Eos : 0, Seg : 80, Limfo : 19, Mono : 0 .
Kimia darah :
Gula darah puasa: 92 mg/dl .
Cholesterol : 150 mg/dl .
SGOT : 27 mg/dl .
SGPT : 31mg/dl .
Tryseligerida : 86 mg/dl
Urea : 29 mg/dl .
Urea nitrogen : 13 mg/dl .
Creatinin : 0,7 mg/dl .
Asam urat : 4,0 mg/dl
CT SCAN :
Terjadi trombosis pad ventrikel dektra yang bersifat akut .
C. POLA ELIMINASI
1. Feses
Kebiasaan defekasi : 1 kali sehari, selama dirawat frekuensi BAB 1 x sehari. Masalah tidak ditemukan.
a. Abdomen
Struktur simetris. Frekuensi bising usus : 10 x/menit (normal: 8-12 x/menit). Tidak ditemukan/teraba adanya distensi .
b. Rektum
Tidak ditemukan adanya lesi .
2. Urine
Frekuensi BAK 3-4 x/hari, klien tidak menggunakan alat bantu, problem tidak ada.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Ginjal
Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk tidak ada.
b. Blas t
Tidak teraba adanya distensi .
4. Laboratorium
Urinalisa :
- Warna : kuning jernih
- Kejernihan : jernih
- Urobilin : Normal
- Leokosit : 0-2 /lbp
- Eritrocyt : 1-2 /lbp
- Epithel : +
D. POLA AKTIVITAS – LATIHANKemampuan perawatan diri :
0 = Mandiri .
1 = Alat Bantu .
2 = Dibantu oleh orang lain
3 = Dibantu oleh orang lain dan alat.
4 = Tergantung secara total.
1. Pemeriksaan Fisik:
a. Pernafasan/Sirkulasi :Tekanan darah : 120/80 mmHg .
Nadi : 80 x/menit .
Respirasi : 22 x/menit .
Kualitas pernafasan normal (reguler), tidak terdapat batuk, suara nafas normal (vesikuler). Tidak ditemukan adanya kelainan berupa Wheezing, ronchi kering maupun ronkhi berair .
b. Muskuloskeletal:
Rentang gerak pasien terbatas, terdapat hemiparetik pada ekstremitas sinistra.
Tonus otot
lesi LMN.êHipotonik pada ekstrmitas sinitra
E. POLA KOGNITIF-KONSEPTUAL
1. PendengaranPendengaran dalam batas normal. Dalam berkomunikasi pasien sanggup mendengar pertanyaan yang diajukan oleh perawat/dokter.
2. Penglihatan
Mata simetris kiri dan kanan, kebersihan mata bersih, alis mata tebal, kemampuan menggerakan alis mata baik (normal). Konjungtiva tidak anemis, benjolan tidak teraba. Pada pupil isokor. Reflek terhadap cahaya (+/+) miosis. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan berupa beling mata .
3. Status Mental
Kesadaran : compos mentis, dengan GCS: 4,5,6 .
Bicara normal, pasien sanggup berbicara walaupun agak terbata-bata ( pelo )/disatria. vertigo kadang – kadang.
4. Pemeriksaan Nervus I s.d XII
- Nervus I (N. Olfactorius):
Pasien sanggup membedakan basi alkohol dan minyak angin. Pada kedua hidung.
- Nervus II (N. Optikus)
Pasien sanggup mengenai keluarga.
- Nervus III, IV, VI (N. Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusent):
Pupil berbentuk isokor, reguler, tidak ada ptosis, tidak ditemukan edema, pupil mengecil dan kembali kalau terkena cahaya, tak ada pembatasan gerak mata.
- Nervus V (N. Trigeminus):
Sensibilitas wajah baik, pasien sanggup mencicipi rabaan.
- Nervus VII (N. Fasialis):
Pasien sanggup mebedakan nyeri , rabaan, kontraksi masester lemah, reflek rahang ada tapi lmbat terdapat penurunan sudut lisan .
- Nervus VIII (N. Akustikus):
Pasien sanggup mendengarkan suara ukiran rambutnya.
- Nervus IX (N. Glossofaringeus):
Ada refleks muntah ketika spatel disentuhkan pada posterior faring.
- Nervus X (N.Vagus):
Ovula berada di tengah.
- Nervus XI (N. Asesorius):
Dapat mengangkat pundak (massa otot trapezius baik).
- Nervus XII (N. Hipoglosus):
Tidak ada atrofi, tidak ada fasikulasi, posisi pengecap mengarah ke kiri.
F. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
1. Kebiasaan tidur dalam sehari ± 7-8 jam.
Tidur siang : kadang kala (± 1 jam).
Tidur malam : Pukul: 22.00-05.00 (± 7 jam).
Pasien merasa segar bila bangkit tidur. Masalah tidur tidak ada.
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum pasien composmentis, pasien tampak lemah, bulat hitam di sekitar mata tidak ditemukan.
ANALISA DATA
1. DS:
  • Klien menyampaikan lengan dan tungkai kirinya tidak sanggup di gerakkan.
  • Klien menyampaikan kadang pusing dan vertigo.
DO:
  • Pasien mengalami hemiparese sinistra.
  • Kekuatan lengan dan tungkai menurun.
  • Kekuatan lengan dan tungkai kiri
  • Penurunan dalam rasa dan reflex .
  • LED 40 mm/jam I, 60 mm/jam II.
  • Hasil CT SCAN terdapat trombosis pada hemisfer kanan.
  • Interupsi fatwa darah sekunder terhdap adanya thrombosis.
  • Gangguan perfusi jaringan serebral.
2. DS:
  • Keluarga pasien menyampaikan bahwa pasien tidak sanggup bangun, duduk apalagi berdiri.
  • Klien menyampaikan lengan dan tungkainya lemah ketika di gerakkan
DO:
  • Kekuatan lengan dan tungkai klien
  • Rentang gerak pada lengan dan tungkai kir terbatas.
  • Aktifitas klien di bantu oleh isterinya.
  • Sensasi dan refleks menurun
  • Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap hemiparese
  • Kerusakan mobilitas fisik.
3. DS:
  • Klien menyampaikan ia susah bicara.
DO:
  • Bicara klien terdengar pelo
  • Posisi pengecap agak ke kiri Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan. Kerusakan komonikasi verbal
4. DS:
  • Klien menyampaikan kaki kiri dan lengan kirinya lemah
  • Sebagian aktifitas klien di bantu oleh isteri
  • Klien tampak lemah
DO:
  • Motorik dan refleks klien menurun dari normal
  • Aktifitas klien terbatas. Perubahan fungsi cerebral sekunder terhadap perubahan mobilitas. Resiko cedera
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d Interupsi fatwa darah sekunder terhadap adanya trombosis d/d
- Klien menyampaikan lengan dan tungkai kirinya tidak sanggup di gerakkan.
- Klien menyampaikan kadang – kadang pusing dan vertigo.
- Pasien mengalami hemiparese sinistra.
- Kekuatan lengan dan tungkai menurun.
- Kekuatan lengan dan tungkai kiri ( 1 ).
- Penurunan dalam rasa dan refleks.
- LED 40 mm/jam I, 60 mm/jam II.
- Hasil CT SCAN terdapat trombosis pada hemisfer kanan.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap hemiparese d/d :
- Keluarga pasien menyampaikan bahwa pasien tidak sanggup bangun, duduk apalagi berdiri.
- Klien menyampaikan lengan dan tungkainya lemah ketika di gerakkan.
- Kekuatan lengan dan tungkai klien ( 1 ).
- Rentang gerak pada lengan dan tungkai kir terbatas.
- Aktifitas klien di bantu oleh isterinya.
- Sensasi dan refleks menurun.
3. Kerusakan komonikasi verbal b/d Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan d/d :
- Klien menyampaikan ia susah bicara.
- Bicara klien terdengar pelo.
- Posisi pengecap agak ke kiri
4. Resiko cedera b/d Perubahan fungsi cerebral sekunder terhadap perubahan mobilitas d/d :
- Klien menyampaikan kaki kiri dan lengan kirinya lemah.
- Sebagian aktifitas klien di bantu oleh isteri.
- Klien tampak lemah.
- Motorik dan refleks klien menurun dari normal.
- Aktifitas klien terbatas. 13-06-2002
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATANDX. 1
Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi motorik, kognitif, motorik, sensorik dan kestabilan tanda vital.
1. Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi jaringan .
2. Pantau dan catat status neurologysesering mungkin dan badingkan dengan yang normal.
3. Pantau tanda – tanda vital.
4. Letakkan kepala dalam posisi datar dan dalam posisi anatomis.
5. Pertahankan keadaan tirah baring .
6. cegah terjadinya mengejan ketika defekasi dan pernafasan yang memaksa.
7. Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
8. Berikan obat – obatan sesuai dengan indikasi.
9. Hindari fleksi dan rotasi leher.
DX. II
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang di buktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdroop serta meningkatkan kekuatan dan fungsi pecahan tubuh yang terkena atau terkompensasi.
1. Kaji kemempuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dengan cara yang teratur.
2. Ubah posisi minimal tiap 2 jam.
3. Lakukan latihan rentang gera pasif dan aktif.
4. Sokong ektrimitas pada posisi fungsionalnya.
5. tinggikan tangan dan kepala.
6. Bantu untuk berbagi keseimbangan duduk.
7.Observasi tempat yang terkena termasuk warna, edema dan tanda ynag lainnya.
8. Inspeksi tempat kulit yang menonjol.
9. konsultasikan dengan hebat fisiotherapy.
DX. III
Komonikasi verbal sanggup kembali normal.
1. Kaji tipe / derajat disfungsi atau kesulitan bicara.
2. Perhatikan kesalahan dalam komonikasi dan berikan umpan balik.
3. Mintalah klien untuk mengikuti perintah sederhana.
4. Tunjukkan objek dan minta klien untuk menyebutkan nama benda / barang.
DX. IV
Mencegah terjadinya cedera fisik.
1. Lakukan tidakan mengurangi ancaman lingkungan menyerupai :
- Orientasikan klien dengan lingkungan.
- Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah dan pengaman terpasang.
- Berikan pencahayaan yang adekuat pada setiap area.
- Letakkan alat perabot pada jarak yang gampang di jangkau.
2. Mengkaji ektrimitas setiap hari terhadap cedera yang tidak terdeteksi.
3. Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit di lemaskan dengan lotion.
4. Kurangi faktor resiko yang berkenaan dengan penggunaan alat bantu.
- Kaji ketepatan penggunaan alat.
- Kaji alat terhadap kebocoran dan kondisinya.
- Konsul dengan hebat therapy untuk latihan pustur. sumber: Raja Cakep
Nah, ini yang sudah dalam bentuk PDF, silahkan
download Penatalaksanaan Stroke PDF
Semoga Askep Stroke di atas bisa menolong.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bluevpn : Free Internet Setup For Globe, Tm, Smart, Tnt And Sun

15 Rekomendasi Warna Rambut Untuk Kulit Sawo Matang

Play Dota 2 Offline Without Steam Using Revloader