Penatalaksanaan Stroke

Penatalaksanaan Stroke | Dalam beberapa tahun terakhir ini, kalau kita mendengar seseorang mengalami stroke, reaksi pertama yang paling mungkin muncul ialah kita mengucap ‘ooo…’ agak panjang namun pelan. Lalu kita berusaha menetralisir perasaan dan dengan sungguh berusaha menghapus ingatan bahwa ternyata sudah terlalu banyak kenalan, sahabat, saudara yang mengalami stroke. Kita hapus ingatan itu supaya tidak kemudian berubah menjadi pertanyaan “apakah saya sendiri akan mengalaminya?” Seberapa besar resiko seseorang terkena stroke? Hmmm….
Saat ini Stroke ialah penyakit pembunuh nomor 3 di dunia, dan penyebab keganjilan nomor 1. Kalau di Indonesia, hmmmm, ternyata tidak jauh berbeda. Stroke tetap merupakan ancaman besar bagi kesehatan. Kalau sudah merasa terancam begini, kepingin tahukah anda apa sih sebenarnya, atau apa yang tolong-menolong terjadi dikala anda diserang Stroke?

Sebenarnya, apa sih stroke itu?

Mudahnya, stroke adalah suatu kondisi di mana terjadi gangguan otak yang bersifat global, yang mengakibatkan keganjilan bahkan kematian, di mana gangguan yang timbul itu lebih dari 24 jam dan penyebabnya ialah gangguan pembuluh darah yang menuju/di kawasan otak.
Stroke memang seram, sudah terjadinya di otak, yang terganggu pembuluh darah, bisa mengakibatkan kematian atau keganjilan lagi.

Jenis-Jenis Stroke

1. Stroke iskemik (angka kejadiannya 80%-85%), yang disebabkan oleh gangguan pedoman darah entah itu lantaran penyempitan maupun penyumbatan pembuluh darah.
2. Stroke perdarahan (angka kejadiannya 15% – 20%)

Penatalaksanaan Stroke

Inilah yang dilakukan dokter atau tenaga medis dikala melaksanakan penatalaksanaan stroke, yaitu membagi periode terjadinya stroke menjadi 3 potongan waktu:
  • periode awal terjadinya stroke
  • periode pasca serangan
  • periode 3 bulan sehabis stroke (periode untuk preventif terhadap serangan stroke berulang)
Nah, selama proses Penatalaksanaan Stroke dalam pembagian periode pananganan pasien dengan stroke tadi, dipakai metode-metode yang sudah diakui dan masuk dalam standar penatalaksanaan stroke, baik itu di Amerika, Eropa, maupun di Indonesia melalui perhimpunannya dokter seorang mahir saraf (Perdossi) yang telah mengeluarkan guideline stroke terbarunya pada tahun 2011 lalu. Ini perlu ditegaskan, supaya tidak muncul kebingungan, bahwa semua terapi ini sudah masuk dalam standar kompetensi, berarti terapi tersebut ialah aman, bukan eksperimental, dan mempunyai mekanisme pelaksanaan yang sanggup dipertanggungjawabkan apabila terjadi hal- hal yang tidak diinginkan/komplikasi.

Masa akut terjadinya stroke

Untuk semua masalah stroke, penatalaksanaan yang sempurna di awal terjadinya stroke ialah yang paling menentukan, lantaran semakin awal penatalaksanaan yang sempurna didapatkan, semakin baik pulalah hasil keluarannya. Kaprikornus pesan kami di sini ialah jelas, bahwa bila terjadi stroke, pasien sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit yang terdekat. Untuk masalah masalah stroke iskemik, bila telah dipastikan tidak ada perdarahan, dan memenuhi syarat-syarat tertentu, dan bila waktu stroke iskemik yang timbul kurang dari 4,5 jam; maka seorang seorang mahir saraf akan mengusulkan untuk dilakukan pemberian cairan yang berjulukan rtPA secara intravena, bila stroke iskemiknya antara 4,5 – 6 jam sanggup diberikan cairan rtPA secara intra arterial dan bila kurang dari 8 jam akan diusulkan untuk dilakukan thrombektomi. Sementara itu, apabila seorang mahir saraf sudah mendapati masalah stroke iskemik yang waktu timbulnya di luar 8 jam ataupun stroke perdarahan, maka akan dilakukan penatalaksanaan terapi obat-obatan yang bertujuan untuk :
  1. Reperfusi cairan untuk menyelamatkan sel- sel otak yang masih sanggup berfungsi
  2. Menjaga komplikasi
  3. Rehabilitasi
  4. Mencegah/menurunkan angka berulangnya stroke.
Dalam masa penatalaksanaan ini, seorang neurologist (ahli saraf) akan mencari dan menggali faktor-faktor risiko apa saja yang mengakibatkan stroke. Dalam rangka mencari faktor risiko tersebut, seringkali para neurologist melaksanakan investigasi laboratorium, investigasi sonografi untuk mengetahui kondisi pembuluh darah di otak, atau bahkan melaksanakan investigasi Cerebral DSA dengan santunan interventional neurologi supaya semua data yang terkait dengan tragedi stroke dan penyebabnya sanggup didokumentasikan dengan baik.

Masa sehabis fase akut sampai 3 bulan pasca serangan

Pada fase ini, seorang neurologist akan menawarkan obat-obatan untuk menekan resiko komplikasi (bila perlu), ibarat obat anti hipertensi , pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan di dalam kepala, dan terapi terapi lainnya, yang kesemuanya tidak keluar dari standar operasional mekanisme yang telah ditetapkan baik secara nasional maupun internasional.
Pada fase ini pula, seorang neurologist akan mengaplikasikan jadwal rehabilitasi supaya fungsi pemulihan pasien menjadi lebih cepat, biasanya mereka akan bekerja sama dengan subdivisi neuro restorasi ataupun seorang mahir rehabilitasi medik. Fungsi dan tugas ini harus dilakukan dengan optimal bersama- sama keluarga pasien, lantaran pemulihan yang optimal pasca serangan stroke akan terjadi dalam 3 bulan, sehingga hasil keluaran yang didapat akan memilih fungsi atau sisa keganjilan yang tersisa dari serangan stroke. Khusus untuk stroke perdarahan yang disebabkan oleh adanya suatu aneurisma atau suatu kelainan pada pembuluh darah arteri dan otak, maka dengan persetujuan pasien, seorang neurologist akan meminta santunan koleganya dari subdivisi intervensi neurologi ataupun bedah saraf untuk melaksanakan suatu tindakan non-operasi yang disebut coiling/clipping dan embolisasi.

Masa sehabis 3 bulan pasca serangan

Pada fase ini, seorang neurologist akan menawarkan terapi menurut keilmuan dan kompetensi yang mereka miliki untuk mencegah pasiennya terkena serangan stroke berikutnya; hal tersebut sangat penting dilakukan lantaran serangan stroke berikut akan selalu lebih berbahaya, baik dalam hal mengakibatkan kematian ataupun kecacatan. Cara yang ditempuh ialah dengan menawarkan obat-obatan, ataupun pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lainnya. Dan apabila ada tindakan yang harus dilakukan, contohnya saja pemasangan stent atau endartektomi guna melebarkan pembuluh darah yang menyempit, coiling pada masalah aneurisma, ataupun embolisasi pada masalah malformasi pembuluh darah arteri-vena otak maka seorang seorang mahir neurologi akan meminta santunan dari intervensi neurologist untuk melakukannya, khusus untuk endarterektomi akan dilakukan suatu mekanisme operasi oleh sejawat bedah vascular.
Demikianlah pembagian terstruktur mengenai secara sederhana dari penatalaksanaan stroke yang aman, tidak eksperimental dan sudah diakui oleh seluruh guideline yang ada di seluruh dunia. Penatalaksanaannya tidak perlu terlalu bernafsu dikarenakan otak ialah organ yang amat sangat luar biasa dan bisa merehabilitasi dan memodifikasi kerusakan yang timbul dengan sendirinya, namun juga tidak terlalu lambat lantaran akan mengakibatkan kecacatan/ kematian pada sel-sel otak yang tidak sanggup diperbaiki. Perlu diperhatikan bahwa penatalaksanaan yang dilakukan hendaknya tidak menciptakan keadaan semakin parah atau cenderung/memiliki risiko yang semakin parah ibarat perdarahan dengan memberikan/memasukkan obat-obatan yang belum diakui tingkat keamanannya. Seperti halnya penatalaksanaan penyakit-penyakit lainnya, kaidah utama dalam penatalaksanaan stroke ialah terutama tidak menyakiti pasien.
Ditulis oleh: dr Fritz Sumantri Usman Sr,SpS,FINS
Disunting oleh Dee-nesia
Semoga paparan Penatalaksanaan Stroke di atas bermanfaat bagi kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bluevpn : Free Internet Setup For Globe, Tm, Smart, Tnt And Sun

15 Rekomendasi Warna Rambut Untuk Kulit Sawo Matang

Play Dota 2 Offline Without Steam Using Revloader