Perbandingan Sistem Pendidikan Perancis Dan Indonesia

Oleh : Alfian Jamrah
(Pemerhati Masalah Pendidikan)
                     
Abstract
Sistem pendidikan pada setiap Negara berbeda-beda dan mempunyai ciri khas tersendiri sesuai kondisi negara tersebut yang tidak dimiliki oleh Negara lainnya.  Ada beberapa Negara yang sudah sangat maju pendidikannya, tetapi banyak pula yang sedang dan yang lambat sekali perkembangannya.  Historis Negara sangat menentukan sistem pendidikannya yang terlihat dari kebijakan dan politik pendidikan Negara tersebut.  Kemudian juga dipengaruhi oleh geografis suatu negara, potensi sumber daya alam dan kebijakan keuangannya.  Selama ini ada negara yang telah menimbulkan pendidikan sebagai tujuan utama sehingga prosentase terbesar anggaran negara dipakai untuk dunia pendidikan.  Dan bahkan mereka menempatkan guru pada posisi yang sangat tinggi dengan honor yang tinggi pula.
Perancis yakni salah satu negara yang maju pendidikannya diantara beberapa negara Eropa lainnya.  Perancis juga telah menjadi tujuan pendidikan di dunia sehingga didatangi oleh ribuan orang mahasiswa dari seluruh penjuru dunia.  Dalam artikel ini kita coba membandingkan sistem pendidikan yang berlaku di Perancis dengan di Indonesia. Tujuannya yakni untuk memetik nilai-nilai positif yang ada di Perancis dan kemudian menerapkan di Indonesia sesuai kondisi dan potensi Indonesia sendiri.  Namun demikian akan sulit bagi kita untuk menandingi sistem pendidikan di Perancis tersebut.









A.     Mengenal Negara Perancis
Perancis yakni salah satu Negara di benua Eropa yang dikenal sebagai pusat mode dunia lantaran di sini banyak bermukim desainer terkenal dunia yang menghasilkan karya seni tinggi dan sebagai destinasi penting pariwisata dunia dengan iconnya menara Eifel. Perancis yakni suatu negara besar dengan penduduk lebih dari 55 juta jiwa pada ketika ini  dengan luas wilayah sekitar 545.630 Km2. Tingkat pertumbuhan penduduk sekitar  0,5 persen per tahun serta kepadatan wilayah mencapai 100 jiwa per km persegi.  Jika dibandingkan dengan Indonesia maka Perancis jauh lebih kecil, penduduk Indonesia tahun 2013 ini telah mencapai sekitar 250 juta jiwa dengan wilayah yang hampir sepanjang benua Eropa.
Republique Francaise terletak pada wilayah Eropa Barat, tetapi Negara ini mempunyai beberapa wilayah teritorial di benua lain. Dari sisi historis Perancis merupakan satu unit politik yang dipersatukan oleh penjajah Romawi Kuno, oleh lantaran itu beberapa segi kehidupanpun dipengaruhi oleh budaya Romawi. Sementara itu Indonesia pernah diduduki oleh kolonial Belanda, Jepang, Inggris dan Portugis sehingga juga memberi warna terhadap budaya negeri ini.  Pengaruh Belanda cukup besar tarhadap budaya Indonesia, dan termasuk juga terhadap sistem pendidikannya.
Penduduk Perancis memakai bahasa aslinya, yaitu bahasa Perancis yang merupakan salah satu bahasa internasional lantaran juga dipakai pada beberapa Negara, menyerupai  di Belgia, pada beberapa negara di tempat Afrika Barat, pada negara bekas jajahan Perancis di Pasific dan lainnya. Bahasa Perancis juga telah menjadi bahasa pengantar resmi yang dipakai oleh Masyarakat Uni Eropa serta sebagai bahasa pengantar resmi di tubuh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).   Di Indonesia dipakai Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.  Meskipun Indonesia mempunyai ratusan macam bahasa daerah, namun masyarakatnya sanggup disatukan oleh Bahasa Indonesia.  Akan tetapi Bahasa Indonesia belum menjadi bahasa internasional lantaran belum dipakai di negara-negara lain.
Selama ini banyak orang yang mengenal Perancis sebagai kota model lantaran dari negara ini setiap hari bahkan setiap jam lahir model-model baru, terutama fashion, kosmetik dan assesories lainnya. Akan tetapi Perancis juga mempunyai kemampuan yang tinggi di bidang tekhnologi, seperti  tekhnologi otomotif dengan kereta cepat, memproduksi pesawat Airbus, tekhnologi telekomunikasi dan lain sebagainya. Maka Perancis juga menempatkan diri sebagai negara industri maju di dunia.
Sistem pemerintahan Perancis mulai berkembang pada kala ke-19 yang ditandai dengan kemajuan yang dicapai melalui ide-ide pemikiran sosial, politik, ekonomi dan pendidikan yang digagas oleh kaum menengah. Pembaruan-pembaruan tersebut ternyata bisa merubah Perancis menjadi sosok bangsa yang maju dan disegani oleh negara-negara Eropa. Kamajuan sosial politik Perancis punya keterkaitan dengan penyelenggaraan pendidikannya, yakni dengan tumbuh pesatnya banyak sekali pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.  Sedangkan Indonesia sebagai negara berdaulat diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, yaitu hampir satu kala lebih muda dari Perancis.  Pendidikan di Indonesia gres mulai terbuka semenjak diberlakukannya politik Pintu Terbuka yang diprakarsai oleh warga Belanda Van de Venter pada tahun 1870.  Sejak ketika itulah mulai terbuka mata bangsa ini untuk menempuh pendidikan secara formal.
Saat ini Negara Perancis menjadi salah satu favorit tujuan pendidikan, bahkan menempati urutan keempat di dunia.  Ada sekitar 300.000 orang mahasiswa abnormal yang sedang menuntut ilmu disana lantaran konon kabarnya biaya pendidikan di Negara itu relatif rendah.  Perancis mempunyai sistem pendidikan tinggi yang agak rumit untuk memperlihatkan gelar dan proses kuliahnya. Namun sebagai pecahan dari Bologna Process, kini gelar di Prancis distandarisasi menjadi Licence, Master, dan Doctoral. Hal ini sama dengan gelar Sarjana, Master, dan Doktor di Indonesia.
      
B.     Politik dan Tujuan Pendidikan
Pembangunan sistem pendidikan telah dilakukan semenjak simpulan kala ke-19, yaitu ketika Jules Ferry, seorang pengacara dari Menteri Pengajaran Publik (Minister of Public Instruction) membuat terobosan gres dalam pembangunan pendidikan di Perancis, yaitu mewujudkan sekolah republikan modern yang sanggup menampung semua anak dibawah usia 15 tahun.  Kemudian juga mewajibkan pendidikan  bagi rakyat secara gratis (free of charge) sesuai peraturan dalam “La loi d’orientation sur l’éducation No. 89-486 tertanggal 10 Juli 1989“.   Dalam hal ini pendidikan menempati urusan pertama dalam skala prioritas nasional Perancis.
Sementara itu sistem Pendidikan Nasional Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor : 20 tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional, yang terdiri atas :
  1. Pendidikan umum : memprioritaskan penguasaan pengetahuan umum dan perbaikan keterampilan siswa,
  2. Pendidikan vokasional : mempersiapkan siswa dengan sejumlah keterampilan vokasional yang diharapkan para pekerja,
  3. Pendidikan berkebutuhan khusus : memperlihatkan keterampilan dan kemampuan penting bagi siswa dengan keterbatas fisik dan mental,
  4. Pendidikan kedinasan : bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang dibutukan sebagai persiapan dan meningkatkan kapasitas sebagai calon pegawai negeri pemerintahan,
  5. Pendidikan agama : mempersiapkan siswa untuk memperoleh pengetahuan khusus perihal agama dan pelajaran yang terkait,
  6. Pendidikan yang berorientasi akademik berfokus kepada perbaikan penguasaan sain,
  7. Pendidikan professional : mempersiapkan siswa untuk menguasai spesialisasi pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan yakni suatu hak dan sekaligus kewajiban bagi belum dewasa yang berusia antara enam  sampai enam belas tahun dengan beban biaya sepenuhnya ditanggung oleh  pemerintah. Sementara itu di Indonesia pendidikan juga telah dijamin dalam UUD 1945, yang menyatakan pada pasal 31 (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta budpekerti mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.  Berarti Indonesia juga sudah menjamin warganya untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah, menyerupai wajib berguru yang diatur oleh Peraturan Pemerintah RI Nomor : 47 tahun 2008 perihal Wajib Belajar.
Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan di Perancis berlangsung secara sentralistik lantaran dipengaruhi oleh sistem politik dan sejarah pemerintahannya yang berulang kali bersifat sentralistik pula. Maksud dari sentralistik di sini yakni pendidikan dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Kementrian Pendidikan (Ministry of National Education) mempunyai kiprah sangat penting dalam memajukan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan jadwal wajib berguru 16 tahun secara gratis pada setiap jenjang pendidikan.  Di Indonesia pendidikan juga diatur secara Nasional meskipun tingkat kemampuan daerah tidaklah sama.  Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menjadi pola bagi pelaksanaan pendidikan di seluruh tanah air.  Akan tetapi tetap diperhatikan dan diberi ruang gerak untuk potensi sumber daya lokal.
Sistem pendidikan di Perancis mencerminkan elektivitas yang juga terdapat pada pemerintahan dan kehidupan sosial lainnya. Rakyat dan pemerintah Perancis memberi kewenangan pada dua majelis nasional representatif, yaitu :  (1) Majelis Chamber of Deputies yang dipilih pribadi oleh rakyat, dan (2) Senat yang dipilih oleh tubuh pemilih (electoral college).  Di Indonesia bisa disamakan dengan DPR-RI yang pada komisi tertentu juga mengurus problem pendidikan secara spesifik.  Oleh lantaran itu dalam pelaksanaannya rakyat tidak memerintah sendiri lantaran mereka telah mendelegasikan kedaulatannya kepada deputi-deputi terpilih dan para electoral (anggota electoral college), yaitu orang-orang yang secara teori berkualitas lebih baik untuk menjalankan pemerintahan secara rasional dibandingkan warga biasa.
Pendidikan di Perancis pada umumnya ditanggung oleh pemerintah di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan Nasional (Ministere de l’Educatioan National). Di Indonesia, selain ditanggung oleh pemerintah pusat maka pendidikan juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota.  Pemerintah daerah juga menyediakan anggaran pendidikan dalam APBD dan menciptakan kebijakan-kebijakan untuk pelaksanaan pendidikannya. Sama halnya dengan Indonesia, Perancis juga memperlihatkan kesempatan yang sama dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pendidikan.
Pada umumnya setiap anak pada usia enam tahun sudah memasuki dunia pendidikan melalui program primary school (ecole primaire). Pendidikan formal ini biasanya didahului dengan ecole matternalle  atau pendidikan tingkat  taman kanak-kanak.  Di taman kanak-kanak ini seorang anak sudah sanggup masuk mulai umur dua tahun pada taman bermain, yaitu semacam playgroup.  Sementara itu di Indonesia sebelum tingkat taman kanak-kanak disediakan pula pendidikan taman bermain yang disebuat dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berkembang sampai ke pelosok-pelosok desa.
Setiap tahun tidak kurang dari US$ 70 milyar atau sekitar 700 trilyun rupiah yang dianggarkan untuk bidang pendidikan.  Jumlah ini mencapai 23 persen dari total anggaran tahunan Pemerintah Perancis, menjadi salah satu negara yang menyediakan anggaran pendidikan terbesar di dunia. Sementara itu kebijakan Pemerintah Indonesia menganggarkan 20 % anggaran negara untuk pendidikan. Sistem pendidikan di Perancis juga telah melahirkan tenaga yang bergerak di bidang pendidikan yang cukup besar, yakni sekitar 1,7 juta pegawai yang bekerja di bidang pendidikan.
Tingkat penghasilan guru di Perancis telah cukup tinggi,  contohnya seorang guru senior yang memperoleh pendapatan bulanan sekitar 40.000 sampai 50.000 euro  atau sekitar Rp 50 juta sampai Rp 60 juta per bulan. Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen tidaklah gampang lantaran ia akan menjadi tenaga utama dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Sedangkan seorang guru gres gajinya per bulan yang paling rendah yakni sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta yang ditambah dengan banyak sekali akomodasi penunjang lainnya, menyerupai rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari renta yang ditanggung oleh pemerintah. Dengan kondisi ini maka guru akan sanggup berkonsentrasi penuh dalam mengajar dan mencerdaskan belum dewasa bangsanya.  Hal ini belum bisa dibandingkan dengan negara Indonesia lantaran jumlah honor guru dan pegawai negeri lainnya masih relatif rendah.  Bahkan masih banyak guru yang penghasilannya di bawah standar pendapatan nasional, menyerupai guru-guru honor dan guru sekolah swasta.  Kedudukan guru juga belum istimewa menyerupai halnya di Perancis.
Proses pengangkatan guru dan dosen diadakan rekruitmen yang sangat ketat dan teruji. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang menyatakan bahwa guru dan dosen di Perancis merupakan salah satu dari tiga kelompok profesi yang mendapat kesejahteraan yang tertinggi dari pemerintah.  Yang pertama yakni para penegak aturan (hakim, jaksa, lawyer) dan yang kedua yakni para pegawai publik yang melayani masyarakat, menyerupai dokter, perawat, pegawai negeri dan lainnya. 
C.      Tingkatan Pendidikan
Sentralisasi penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintah Perancis  tersebut selanjutnya menetapkan tiga jenjang pendidikan, yaitu : Pendidikan Dasar (enseignement primaire), Pendidikan Menengah (enseignement secondaire)dan Pendidikan Tinggi (enseignement superieur). Hal ini hampir sama dengan di Indonesia, yaitu adanya pendidikan pra sekolah (PAUD dan TK), pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA) serta pendidikan tinggi (S1, S2 dan S3).

Pendidikan Dasar (Enseignement Primaire)
Pendidikan dasar dimulai dari tingkat taman kanak-kanak (Ecole Maternelle) sebagai tingkat prasekolah. Anak yang telah berumur dua tahun sudah boleh masuk taman kanak-kanak. Pada pendidikan tingkatan ini belum dewasa diperkenalkan praktek hidup secara berkelompok, keterampilan sederhana dan pengenalan abjad dan angka. Sistem pengajaran di Taman Kanak-kanak sendiri dimulai pukul 09.00 pagi sampai pukul 17.00 sore yang diubahsuaikan dengan orang tuanya yang pegawai bekerja dari pukul 09.00 pagi sampai 17.00 sore. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu libur. Selama anak berada di ruang sekolah tersebut mereka sepenuhnya berada di bawah asuhan dan bimbingan guru, mereka diberi makan siang dan istirahat siang. 
Pendidikan dasar dimulai pada usia enam tahun dan berlangsung selama lima tahun, yaitu : kelas persiapan (CPI), kelas dasar-1 (CE-1), kelas dasar-2 (CE-2), kelas menengah-1 (CM-1), dan kelas menengah-2 (CM-2). Pendidikan dasar yakni untuk membekali belum dewasa perihal kehidupan bermasyarakat, memperlihatkan kemampaun membaca dan berhitung sebagai persiapan untuk ke jenjang pendidikan di atasnya, yaitu menengah (Lycees dan Colleges).  Anak-anak sekolah di Taman Kanak-kanak dan SD negeri dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh buku-bulu pelajaran secara gratis.

Pendidikan Menengah (Enseignement Secondaire)
Pendidikan menengah di Perancis dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP) dan Lycee (setingkat SMA).  Pada pendidikan menengah tingkat pertama ditempuh selama empat tahun dan pada tingkat simpulan anak diberi kesempatan untuk menentukan jurusan ke sekolah lanjutan atas. Pada tingkat inipun akseptor didik tidak dipungut biaya dan buku-buku pelajaran disediakan gratis. Bagian pendidikan kejuruan menyediakan tenaga andal di bidang perindustrian, perdagangan, seni dan keterampilan dan spesialisasi lainnya yang sanggup dimasuki sehabis tahun ketujuh pendidikan dasar. Selain itu kini berkembang pendidikan kejuruan dengan jadwal paruh waktu guna memperlihatkan peluang kepada siswa yang sudah bekerja semoga tetap berguru dan bagi pelajar yang ingin sambil bekerja.
Pendidikan menengah atas (Lycee) dilalui selama tiga tahun, yaitu : kelas satu dan dua serta kelas terminal dengan tetap mempertahankan pendidikan fundamental. Sejak tahun pertama ada tiga jurusan, yaitu : Sastra, Ilmu Pengertahuan Alam (IPA) dan Teknik Industri/Sains Teknik serta Teknik Ekonomi. Pada simpulan pendidikan di tingkat Lycee, akseptor didik yang lulus memperoleh ijazah Baccalaureat yang menjadi syarat masuk universitas atau masuk sekolah tinggi. Sekolah profesional sama dengan sekolah kejuruan di Indonesia, yakni memberikan  pendidikan profesi sehabis tamat sekolah lanjutan atas berupa pendidikan praktek dan teori selama dua sampai tiga tahun. Biasanya pada tahun kedua diberikan pelajaran praktik kerja di sekolah dan perusahaan.  Namun demikian, baik College maupun Lyceekeduanya sama-sama bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian Baccalaureat

Pendidikan Tinggi (Enseignement Superieur)
Untuk jenjang pendidikan tinggi di Perancis dibagi antara sekolah tinggi (Grandes Ecoles) dan universitas.  Sekolah tinggi dianggap lebih baik dan terkenal dibandingkan universitas lantaran secara umum dipandang jauh lebih selektif. Universitas berada di bawah Kementrian Pemuda, Pendidikan Nasional dan Riset sedangkan Grandes Ecole di bawah Kementrian Teknis sesuai bidang yang ditangani. Pendidikan di Universitas bersifat teoritis dan umum sedangkan Grandes Ecoles bersifat teknis. Di Indonesia dikenal adanya universitas yang lebih berorientasi untuk menjadi ilmuwan lantaran mempelajari secara mendalam bidang ilmu tertentu.  Sedangkan sekolah tinggi yakni pendidikan yang bersifat penyediaan tenaga kerja trampil lantaran lebih banyak bepraktek di samping mempelajari teori-teori.
Pendidikan tinggi di Perancis ukurannya kecil dan kemapanan dalam keragaman, maksudnya bahwa secara fisik bangunan-bangunan yang ada di Perancis tergolong kecil dan jumlah mahasiswanya yang sedikit.  Akan tetapi secara kualitas pendidikan tinggi di Perancis lebih mengutamakan hasil optimal dari tiap-tiap pembelajaran dalam aspek jurusan masing-masing. Sementara itu di Indonesia kita perhatikan pada umumnya perguruan tinggi sangat besar dengan jumlah jurusan/fakultas yang banyak serta mahasiswanya yang berjumlah ribuan orang.
Kekhasan lain pada pendididkan tinggi di Perancis terdapat pada organisasai dan sistem pengelolaannya, yaitu  dengan telah ditetapakannya tiga asas yang mendasari forum pendidikan tinggi, yaitu :
  1. Adanya hak otonomi pada universitas untuk mengurus bidang keuangan, manajemen dan ilmu pendidkan,
  2. Adanya partisipasi mahasiswa, pengajar dan civitas akademika pada segala kegiatan pendidikan dan pada pemilihan pengelola pendidikan dan sebagainya,
  3. Bersifat multidisiplin sehingga sanggup menghindari spesialisasi yang sempit.
      
Superior Pendidkan Tinggi
Pendidikan tinggi diselenggarakan dalam bentuk sekolah tinggi yang mempunyai fakultas dan universitas yang konvensional.  Namun tidak semuanya mempunyai perangkat fakultas yang lengkap. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kiprah universitas dalam diperluas dengan meningkatkan daya tampung pada fakultas-fakultas yang telah ada serta  menambahkan jurusan-jurusan baru.
Menurut hasil penelitian di Perancis bahwa  sistem pendidikan telah sanggup mendeteksi talenta dan kemampuan anak semenjak awal pendidikan dan sudah bisa menentukan jurusan sesuai minat anak semenjak dini.  Jadi tidak semua anak berpacu untuk menentukan satu jurusan tertentu saja, contohnya hanya menentukan untuk jadi dokter atau jadi insinyur saja. Siswa juga tidak dituntut harus mendalami seluruh mata pelajaran, tetapi cukup hanya dasar-dasarnya saja.  Kemudian bidang yang sesuai dengan talenta dan kemampuan siswa akan dipelajarinya lebih mendalam sehingga lebih terpusat. Bagi yang berminat melanjutkan pendidikannya ke Grande Ecole, harus mengikuti test yang cukup berat. Yang tidak diterima pada Grande Ecole secara pribadi akan masuk ke universitas.

D.                Perbandingan Pendidikan di Perancis dan Indonesia
Membandingkan pendidikan di Perancis dengan Indonesia sanggup diasosiasikan dengan membandingkan pendidikan di negara maju dengan negara berkembang.  Ada beberapa kriteria pendidikan di negara maju dan di negara berkembang yang telah terealisasi selama ini, yaitu : 
Faktor Mempengaruhi Pendidikan di Negara Maju
v  The relationship between education and employment and preparation for the transition from school to work. (Hubungan antara pendidikan pendidikan dan dunia kerja dari sekolah ke pekerjaan sudah ada),
v  A commitment to life-longeducation. (Adanya komitmen untuk melakukan pendidikan seumur hidup),
v  The expansion of educational facilities. (Penyediaan akomodasi pendidikan yang cukup memadai),
v  Teacher education for tomorrow. (Pendidikan guru untuk persiapan ke masa depan),
v  Hubungan antara jadwal kependidikan di lembaga- forum kependidikan dengan dunia kerja,
v  Persiapan menghadapi masa peralihan dari masa sekolah ke masa kerja serta masa hidup bermasyarakat,
v  Pendidikan seumur hidup,
v  Perluasan akomodasi dan pelayanan kependidikan dalam menghadapi kendala ekonomi,
v  Penyediaan tenaga guru yang lebih bermutu untuk mempersiapkan anak didik menghadapi masyarakat masa depan yang semakin kompleks,
v  Pemerataan dan efektivitas  pendidikan,
v  Sumber daya alam telah dimanfaatkan secara optimal oleh negara,
·         Tetap berpegang teguh pada nilai-nlai budaya yang berlaku di negara setempat,
·         Telah sanggup mengatasi permasalahan kependudukan dengan baik,
·         Tingkat produktivitas masyarakat tinggi yang didominasi barang dan jasa,
·         Tingkat dan kualitas hidup masyarakat telah tinggi,
·         Ekspor yang terbanyak yakni hasil industri dan jasa,
·         Telah terpenuhinya penyediaan akomodasi umum,
·         Kesadaran hukum, kesetaraan gender, dan penghormatan terhadap hak asasi insan telah dijunjung tinggi,
·         Tingkat pendidikan relatif tinggi,
·         Tingkat pendapatan penduduk relatif tinggi,
·         Tingkat kesehatan sudah baik
Faktor Mempengaruhi Pendidikan di Negara Berkembang
  • Secara ekonomi, pada umumnya miskin dan masih sangat tergantung pada alam,
  • Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi,
  • Secara budaya, masih berpengaruh berpegang pada nilai budaya,
  • Perbandingan mahasiswa dengan gelar doktor di universitas tidak memadai lantaran mahasiswa tidak didorong untuk meraih gelar doktor dan bekerja di universitas,
  • Universitas kurang memperhatikan problem masyarakat dan telah gagal untuk menyebarkan kerjasama dengan forum negara dan forum swadaya masyarakat untuk antisipasi  isu-isu menyerupai pendidikan,  kesehatan, energi, pertanian dan jasa,
  • Program pendidikan di perguruan tinggi belum siap untuk memenuhi kebutuhan sektor usaha. Hal ini disebabkan  adanya ketidakharmonisan antara keterampilan di universitas dengan ketrampilan yang dituntut oleh dunia usaha,
  • Lembaga pendidikan tinggi gagal memberi pinjaman yang cukup untuk pembangunan ekonomi negara,
  • Universitas tertinggal  dalam perkembangan dan transfer teknologi,
  • Kebanyakan staf akademik di universitas tidak dilengkapi dengan pengetahuan paedagogis.
  • Faktor  ekonomi, banyak siswa yang tidak sanggup melanjutkan studi lantaran problem biaya,
  • Faktor sosial, adanya anggapan bahwa perempuan terutama di pedesaan tidak memerlukan pendidikan, lebih baik menjadi ibu rumah tangga saja,
  • Faktor sistem pendidikan, banyak siswa menengah atas yang tidak bisa melanjutkan pendidikan lantaran kurangnya daya tampung yang tersedia,
  • Pemerintah juga kurang memenuhi standar dibandingkan pendidikan swasta,
  • Kasus banyaknya tamatan sarjana yang menganggur lantaran tidak mendapat pekerjaan,
  • Faktor kedisiplinan guru, cukup banyak guru yang sudah difasilitasi oleh pemerintah tetapi tidak menjalankan kiprah dengan baik,
  • Kesenjangan ekonomi antar daerah,
  • Adanya diskriminasi gender,
  • Kurangnya pendidikan yang bersifat teknis, sehingga banyak lulusan yang tidak mempunyai ketrampilan tertentu sehabis tamat pendidikan,
  • Terbatasnya penyediaan/alokasi dana dari pemerintah,
  • Kurangnya tenaga pendidik atau guru yang terampil dan profesional,
  • Kemiskinan yang kronis dan meluas,
  • Tingkat pengangguran yang tinggi dan cenderung meningkat,
  • Ketidakmerataan distribusi pendapatan antar penduduk,
  • Rendahnya tingkat produktivitas di sektor pertanian,
  • Tidak meratanya kesempatan ekonomi antara desa dan kota,
  • Kurangnya pelayanan kesehatan dan pendidikan,
  • Memburuknya neraca pembayaran dan hutang luar negeri,
  • Meningkatnya ketergantungan terhadap luar negeri,
  • Lemahnya kelembagaan masyarakat, 


PENUTUP
Memperbandingkan sistem pendidikan antara beberapa negara penting artinya untuk mentransfer hal-hal positif yang telah dilakukan oleh suatu negara.  Bagi Indonesia perlu mengenal bentuk dan model pendidikan di negara lain lantaran sistem pendidikan Indonesia masih perlu penyempurnaan dan perubahan.  Terutama Indonesia perlu melihat kepada beberapa negara yang telah maju sistem pendidikannya, menyerupai Finlandia, Inggeris, Australia, Amerika Serikat, Perancis dan sebagainya.
Memperbandingkan sistem pendidikan tidak sanggup dilakukan serta merta lantaran ada nilai-nilai khusus yang tidak sanggup dipersandingkan serta kekuatan lokal yang tidak sanggup ditransfer secara utuh.  Misalnya sistem pendidikan di Jepang yang masih sangat berpengaruh berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya setempat yang belum tentu dimiliki oleh negara lain.  Sementara itu Indonesia mempunyai nilai-nilai luhur Pancasila yang menjadi dasar sistem pendidikan sehingga menjadi kekhasan pendidikan di negara ini.
Sistem pendidikan Indonesia dan Perancis tidak sanggup dipersandingkan secara utuh, namun ada beberapa nilai-nilai yang sanggup diaplikasikan dalam memajukan pendidikan di Indonesia.  Apalagi Perancis yakni salah satu negara yang maju pendidikannya dan telah menjadi tujuan oleh mahasiswa dari banyak sekali penjuru dunia.  Perancis juga berhasil mensejalankan antara pendidikan dengan lapangan kerja sehingga tamatan pendidikan dari banyak sekali tingkatan sanggup pribadi bekerja sesuai keahliannya.  Selanjutnya Indonesia juga perlu menjalin kerjasama dengan Perancis untuk menyusun sistem pendidikan yang lebih baik.

Untuk lebih lanjutnya sanggup dilihat di www.exzellenz-institut.com
Sumber :

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7168

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bluevpn : Free Internet Setup For Globe, Tm, Smart, Tnt And Sun

15 Rekomendasi Warna Rambut Untuk Kulit Sawo Matang

Play Dota 2 Offline Without Steam Using Revloader